BOGOR-KITA.com, CIAWI – Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciawi, dr.Tsani Musyafa mengatakan sebuah inovasi hadir dari sebuah masalah. Seperti halnya Bogor Pain Center. Ia juga menyatakan bersyukur atas digelarnya Bogor Innovation Wildly Important Goals (WIG).
Menurutnya, melalui event seperti itu tentunya instansi dituntut agar bisa menelurkan sebuah inovasi, dimana inovasi ini harus punya nilai manfaat.
“Dengan adanya event ini menuntut agar institusi itu punya nilai inovasi, yang mana inovasi ini punya nilai kemanfaatan,” ujar dr Tsani kepada wartawan, Kamis (30/9/2021).
Selain bermanfaat, inovasi juga harus bisa menyelesaikan masalah, karena inovasi, kata dia, datang dari sebuah masalah.
Tidak hanya itu, di mata dokter ahli nyeri ini, inovasi itu bisa menjadi sebuah evaluasi daripada pelayanan tersebut.
“Contoh pelayanan nyeri yang dtelurkan RSUD Ciawi dari sebuah masalah, pasien dengan nyeri itu kok ga hilang-hilang nyeri nya. Dari situ kami melihat, oh pelayanan nyeri saat itu tidak terpadu, tidak komprehensif, sepotong-sepotong, dan akhirnya keluar inovasi yaitu klinik nyeri,” ungkapnya.
Klinik nyeri, lanjut dia, sebuah inovasi yang punya nilai kemanfaatan luas. Bayangkan, saat itu ketika pasien merasakan nyeri, pasien itu hanya diobati luarnya saja tanpa ke akar masalah.
“Nah dengan pelayanan yang komprehensif di Bogor Pain Center ini dari mulai asuhan keperawatan nya kemudian melakukan pemeriksaannya detail-detail itu ketemu penyebab di antara nyeri tersebut, nah sehingga kita bisa atasi,” ucapnya.
Ini sebuah contoh inovasi hadir dari masalah, dan RSUD Ciawi akan melihat satu masalah menjadi hal positif yaitu menjadikan inovasi.
“Kalau dulu orang mengatasi nyeri sepotong-sepotong. Sehingga nyeri nya itu masih ada sisanya. Dengan begitu akan menghabiskan waktu, biaya dan lainnya, nah sekarang kita cari pangkal penyebabnya,” ujarnya.
Kemudian, ia menambahkan, inovasi juga yang harus mampu melakukan evaluasi, maka di klinik nyeri ini, dokter atau perawat akan melakukan evaluasi secara berjalan setelah si pasien berobat ke klinik nyeri dengan sebutan pain diary, dimana pasien akan menulis riwayat sakit saat sudah berada di rumah dari waktu ke waktu selama satu pekan.
“Kita melakukan evaluasi layanan. Artinya, kadang-kadang pasien nyeri ini kalau pulang ke rumah itu beranggapan yang memberikan pelayanan lepas,” bebernya.
“Di sini, bagaimana sih kita memberikan evaluasi. Jadi pasien itu kita kontak dengan mereka dengan menulis namanya diary pain,” tambahnya.
Dengan diary pain ini, pihaknya berharap mampu menghasilkan dosis obat yang tepat, “jadi itu yang kita lakukan,” tandasnya. [] Danu
Sumber: bogor-kita.com